Kapolda Kaltim Turun Langsung ke Polsek Samarinda Kota, Evaluasi Total Usai 15 Tahanan Kabur

DIKSI.CO, SAMARINDA — Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur (Kapolda Kaltim), Irjen Pol Endar Priantoro, turun langsung meninjau lokasi yang baru saja diguncang insiden kaburnya 15 tahanan dari ruang sel pada Minggu siang, 19 Oktober 2025 lalu.
Dengan langkah mantap, jenderal bintang dua itu meninjau satu per satu sudut bangunan.
Ia memeriksa kondisi ruang tahanan, mengamati jalur pelarian, hingga berdiskusi dengan jajaran Polresta Samarinda.
“Banyak faktor memang yang harus kita evaluasi terkait dengan larinya tahanan ini, Faktor satu, fisik bangunan, yang kedua sistem penjagaan, yang ketiga bagaimana orang yang melakukan penjagaannya dan bagaimana kapasitas dari tahanan ini,” ujarnya.
Irjen Endar menegaskan, langkah yang akan diambil bukan sekadar mencari kambing hitam, melainkan evaluasi total terhadap sistem pengamanan di seluruh jajaran kepolisian daerah.
Menurutnya, peristiwa ini menjadi pelajaran mahal agar sistem pengawasan di ruang tahanan benar-benar diperketat.
“Kita akan evaluasi secara menyeluruh, sehingga ke depan tidak ada lagi hal seperti ini,” tambahnya.
Evaluasi yang dimaksud bukan hanya menyoal kelalaian petugas, tapi juga menyentuh aspek struktural yang selama ini sering diabaikan.
Bangunan Polsek Samarinda Kota, misalnya, merupakan bangunan cagar budaya. Status itu membatasi upaya renovasi atau perombakan besar-besaran.
Irjen Endar mengakui bahwa situasi tersebut menjadi salah satu kendala dalam menjaga keamanan tahanan.
“Bangunan ini kan termasuk cagar budaya, jadi tidak bisa sembarangan direnovasi. Karena itu kami akan mencari jalan keluarnya bersama pemerintah daerah, supaya ke depan bisa ada tempat yang lebih representatif,” jelasnya.
Polsek Samarinda Kota selama ini dikenal sebagai salah satu kantor polisi tertua di wilayah itu.
Secara arsitektural, bangunannya memang sarat nilai sejarah, tetapi tak lagi ideal menampung tahanan dalam jumlah besar.
Kapasitas sel yang terbatas dan fasilitas yang menua membuat pengawasan menjadi sulit dilakukan secara optimal.
“Evaluasi bagaimana sistem penjagaannya, kemudian bagaimana kapasitas yang harus kita jaga sehingga ideal itu juga yang akan kita evaluasi ke depan. Harapan kita tidak akan terjadi lagi seperti ini,” sambung Irjen Endar.
Insiden kaburnya tahanan kali ini memunculkan pertanyaan besar soal kelayakan sarana penahanan di tingkat polsek.
Apalagi, dengan meningkatnya jumlah kasus kriminal di Samarinda, ruang tahanan polsek kerap menampung lebih banyak orang dari kapasitas seharusnya.
Dari 15 tahanan yang kabur, sepuluh di antaranya telah berhasil diamankan kembali dalam waktu kurang dari 24 jam. Namun lima orang sisanya masih berkeliaran.
Kapolda Kaltim meminta mereka untuk menyerahkan diri dan mengimbau masyarakat agar berperan aktif membantu aparat.
“Harapan kami masyarakat tetap tenang. Kita berupaya melakukan pengejaran semuanya, sehingga situasi keamanan bisa terjamin di wilayah Samarinda,” tegasnya.
Ia juga memastikan bahwa upaya pengejaran dilakukan secara sistematis dengan melibatkan tim gabungan dari Polresta Samarinda, Polda Kaltim, dan aparat wilayah sekitar. Sejumlah langkah taktis sudah diterapkan, termasuk memperketat penjagaan di pintu-pintu keluar kota dan mempersempit ruang gerak para buronan.
“Itu bagian dari langkah teknis kami untuk mempersempit ruang gerak mereka. Ada beberapa upaya lain yang sedang kami lakukan, tapi tidak bisa saya sampaikan secara detail,” ungkapnya.
Insiden kaburnya tahanan itu terjadi pada Minggu siang, 19 Oktober 2025 sekitar pukul 14.30 WITA. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, para tahanan melarikan diri dengan cara menjebol kloset dan dinding sel yang rapuh, hingga terbentuk lubang berdiameter sekitar 35 hingga 40 sentimeter.
Lubang kecil itu cukup bagi satu per satu tahanan untuk meloloskan diri ke luar area sel.
Petugas baru menyadari kejadian tersebut beberapa saat kemudian, ketika melakukan pengecekan rutin. Situasi mendadak kacau.
Sirine berbunyi, dan aparat langsung menyebar ke berbagai arah. Dalam tempo singkat, operasi pencarian besar-besaran digelar hingga ke kawasan pinggiran kota.
“Begitu kejadian, kita langsung lakukan pengejaran. Dalam waktu satu hari, sepuluh tahanan berhasil kita tangkap kembali,” ujar seorang perwira di lapangan yang enggan disebut namanya.
“Sisanya masih dalam pengejaran. Kami yakin dalam waktu dekat bisa tertangkap semua.”
Selain fokus pada pengejaran, Kapolda juga membuka peluang kerja sama dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi jangka panjang.
Menurutnya, bangunan cagar budaya seharusnya tetap dilestarikan, tetapi fungsi penahanan harus dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan modern.
“Kami akan duduk bersama dengan pemerintah daerah untuk mencari titik tengah. Nilai sejarah bangunan tetap dijaga, tapi fungsi penahanan bisa dialihkan ke tempat yang lebih layak dan aman,” kata Irjen Endar.
Rencana tersebut dinilai penting mengingat meningkatnya kompleksitas kasus kriminal di Samarinda yang membuat jumlah tahanan terus bertambah. Tanpa pembenahan infrastruktur, risiko kejadian serupa akan selalu menghantui.
Bagi jajaran kepolisian, peristiwa ini bukan hanya soal keamanan tahanan, tetapi juga soal kepercayaan publik. Masyarakat menuntut penjelasan dan jaminan bahwa hal serupa tak akan terjadi lagi.
Oleh karena itu, langkah cepat Kapolda Kaltim turun langsung ke lokasi menjadi sinyal kuat bahwa institusi kepolisian tidak menutup mata.
“Ini bukan hanya soal tanggung jawab personel di lapangan, tapi soal kepercayaan masyarakat terhadap kita, Kita harus buktikan bahwa kepolisian bisa bertindak cepat, profesional, dan transparan,” tambahnya.
Insiden kaburnya tahanan di Polsek Samarinda Kota menjadi alarm bagi seluruh jajaran kepolisian di Kalimantan Timur.
Di tengah upaya Polri membangun citra profesional dan modern, celah pengawasan semacam ini bisa merusak kepercayaan publik jika tak segera diperbaiki.
Langkah Irjen Pol Endar Priantoro untuk melakukan evaluasi menyeluruh menunjukkan keseriusan institusi dalam memperkuat sistem keamanan internal. (redaksi)